Kalibaru merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yang posisinya berada di 40 km ke arah barat. Tempat ini dapat ditempuh kurang lebih 5 jam perjalanan dari Surabaya. Baru kali ini saya dan keluarga mengunjungi daerah yang hampir berbatasan dengan Jember ini.
Setibanya di tempat penginapan Margo Utomo II, saya belum familiar dan karena hari sudah gelap, jadi tidak begitu terlihat pemandangan di depan kamar seperti apa. Yang terlihat hanya pohon-pohon yang rimbun, dan terdengar gemericik air sungai.
Malam itu, saya sempat ngobrol dengan pemilik Margo Utomo Resort, yaitu ibu Endang Mustajab dan General Manager nya bapak Pudji Waseso. Ide awal dibangunnya Agro Resort ini atas inisiatif pasangan alm R.H Moch. Moestadjab beserta istrinya Hj. Sayati Moestadjab tahun 1995. Tempat ini sunyi, TV hanya tersedia di tempat sarapan. Ada juga fasilitas Meja Ping-pong, dan kolam renang cantik. Saya sempat lho main ping pong dengan suami saya untuk mengisi waktu luang. Seru juga hehe.
Terpikat dengan banyaknya Depot makanan yang menjual “Ayam Pedas” selama perjalanan dari Daerah Genteng – Banyuwangi menuju Kalibaru, kemudian saya tergiur untuk membeli ayam pedas. Dari dua depot yang menjual ayam pedas, selalu ada tiga macam masakan ayam yaitu: Ayam Goreng, Ayam Pedas, dan Ayam Bumbu Merah. Ayam pedas ini berkuah putih seperti opor, tapi rasanyaaaa luarrrr biasa pedasnya. Sesuai dengan namanya! Bibir saya jontor rasanya! Hahaa. Untuk ayam bumbu merah, tampilannya seperti ayam bumbu rujak, tetapi dengan kuah banyak berbumbu merah, disajikan di mangkok. Rasanya tidak begitu pedas, paduan cabe merah dan tomat. Ah nikmatnya dimakan dengan nasi panas dan kerupuk, juga lalapan.
Keesokan paginya, ternyata pemandangan di depan kamar saya tidak mencekam seperti yang saya bayangkan. Saya pikir ada hutan yang rapat di depan kamar saya, ternyata yang ada justru pohon-pohon yang terbentang dan berjajar di sepanjang sungai. Barulah diseberang sungai terbentang hutan sampai ke perbukitan. Banyak tanaman Alamanda kuning di sekitar penginapan. Pemandangan yang cantik, asri, dan di bukit masih terlihat kabut menyelimuti pepohonan. Ada juga kolam renang yang menghadap hutan dan sungai.
Makan pagi yang disajikan, tampak sederhana, roti, keju, dan nasi goreng. yang membuat spesial adalah home made keju mozarella, roti yang dibuat sendiri, dan kopi dari perkebunan milik Margo Utomo.
Saat makan siang, saya menuju Margo Utomo I , Matahari sangat terik saat itu, Tampak bunga pala (foelli), cengkeh, dan buah pala sedang dikeringkan dengan cara di jemur di halaman antara lobby dengan restaurant Heliconia.
Senang sekali saat makan siang, Bu Muryati kepala tukang masak di Margo Utomo I, spesial masak rawon komplit lengkap dengan telur asin, sambal, dan tauge. Oh ya, tidak ketinggalan ada rempeyek. Mantab sekali rasa rawon racikan Bu Mur. Rasa rawonnya sedap, dengan kuah hitam kluwak yang kental. Ternyata rawon memang andalan bu Mur, selain itu yang menjadi spesialisainya adalah rujak soto, dan tumpeng komplit. Bu Mur, sudah lebih dari 25 tahun menjadi kepala tukang masak di Restoran.
Setelah perut terisi, saya beserta keluarga berjalan menuju kandang peternakan sapi perah. Atapnya tertulis Melk Bron. Jumlah sapi-sapi ini kurang lebih berjumlah 100. Hal yang menarik adalah dari peternakan sapi milik MU inilah dihasilkan susu sapi segar dan keju mozzarella. Melewati kandang kandang dengan bau yang sangat khas, saya diperlihatkan dua pejantan unggul. Namanya:
Robin dan Bleki. Robin badannya lebih besar, mungkin bobotnya lebih dari 600 kg, jenis Friesian Holstein, asal Australia. Sapi putih dengan totol hitam. Sapi-sapi lainnya betina dan hampir semua siap diperah.
Berjalan ke arah belakang kandang ada ruangan dengan peralatan untuk pembuatan keju, sedangkan bila berjalan ke arah perkebunan, senang sekali melihat banyaknya koleksi tanaman termasuk tanaman Vanilla, pohon-pohon Pala yang berusia puluhan tahun, tanaman Salak, markisa, dan pepohonan kayu manis.
Sungguh menarik! Keju, kopi, Pala, bahkan Tempe yang saya nikmati adalah produk lokal, home made, dibuat sendiri dan menggunakan bahan dari perkebunan dan peternakan sendiri. Palanya pun diolah menjadi selai. Produksi makanan lokal yang dicetuskan oleh ibu Endang sebagai pemilik, sangat patut dicontoh. Spirit mengolah dan memproduksi makanan lokal dengan sentuhan teknologi bisa menambahkan nilai tambah produk.
Berharap, dalam waktu dekat saya dapat mengunjungi kembali Kalibaru dan Margo Utomo. Nantikan cerita seru saya selanjutnya ya.. 🙂