Ketika anda masuk ke dalam Pasar Cinde, mungkin anda akan merasa masuk ke dalam pasar Johar Semarang. Mengapa? Karena arsitektur dalamnya memang mirip dengan pasar Johar. Jelas saja, arsitek kedua pasar ini merupakan orang yang sama. Ia adalah Thomas Karsten (1884-1945). Jika kita mendongakkan kepala ke bagian langit-langit, pilar-pilar yang menjulang tinggi menjadi ciri khas pasar ini. Struktur ini dikenal dengan konstruksi cendawan (paddestoel). Tidak mengherankan, bagian atas penyangga mirip dengan bentuk jamur/cendawan.
Satu hal lagi yang membuat saya sangat merasakan ‘Palembang’ adalah bahwa di pasar ini banyak penjual pempek-pempek dan kerupuk. Berjalan lebih dalam lagi, saya menemukan penjual terasi yang dijual dalam bentuk gundukan gundukan besar. Mata saya sangat tertarik untuk mendatangi kios tersebut.
Ia adalah Bu Maryam, penjual terasi atau dalam bahasa Palembang dikenal dengan nama ‘caluk’. Bu Maryam bercerita kepada saya bahwa kebanyakan caluk ini berasal dari Batam. Selain terasi, bu Maryam juga menjual tempoyak dan bumbu-bumbu dasar untuk masak. Pasar ini cukup lengkap lho, mulai dari berbagai jenis ikan air tawar, bekasang, kue basah, buah, baju, peralatan masak, rangkaian bunga untuk pengantin, selongsong ketupat, sampai bumbu instant untuk masakan khas Palembang. Jika anda berjalan-jalan ke Palembang, Pasar Cinde mungkin bisa menjadi referensi bagi anda yang ingin mencari oleh-oleh khas Palembang.