11 Januari 2018 lalu saya dan ACMI bersama Jalan Sutra serta Al’s Catering memasak dari resep kuno Hindia Belanda tahun 1915. Acara tersebut bertajuk Indische Keuken. Adapun resep-resepnya didapat dari Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, seperti yang saya telah tulis di blog saya sebelumnya.
Menu yang disiapkan terbagi dari appetizer yang berupa aneka sambal; kemudian main course: Ajem Poekang, Dahing Kaboelie, DOP Biasa, Sajoer Padamarah, Laksa, Bwe Ouw Tok; serta dessert yaitu Tjente Manis, Regenboog, Bruidstanen.
Di tulisan kali ini saya akan banyak membahas aneka sambal yang dipresentasikan di Indische Keuken. Hampir semua sambal yang ditulis di resep kuno Hindia Belanda itu sangat menarik untuk dibahas. Berikut adalah ketiga sambal yang saya presentasikan:
1. Sambal Majoor
Namanya saja sudah bikin kita bertanya-tanya. Apakah mungkin dulu yang bikin sambal itu punya jabatan tertentu? Apalagi kalau berbincang soal ingredients-nya.
Saya agak memodifikasi sedikit Sambal Majoor ini. Saya memasak santannya hingga pecah dan keluar minyaknya, lalu baru dicampur bawang merah, potongan cabai merah yang sudah dibakar, udang api api yang sudah direbus, terasi yang sudah dipanggang dan ditumbuk. Boleh juga jika mau ditambah kan petai.
Sedapnya Sambal Majoor ini dimakan dengan singkong rebus. Wah, nikmat sekali untuk dimakan sebagai kudapan sambil ngopi atau ngeteh di sore hari.
2. Sambal Nyi Enah
Sambal Nyi Enah ini menggunakan daun beluntas untuk ingredients utamanya. Daun beluntas ini punya banyak manfaat di antaranya mengurangi pegal linu, nyeri pinggang, rematik, hingga perut kembung, keputihan, dan bau badan. Tidak heran, jaman dahulu daun beluntas dijadikan tanaman pagar yang bisa diambil kapa saja. Rasanya pun tidak pahit, enak juga dijadikan lalapan.
Bumbunya pun simple, kemiri, bawang merah, cabai merah, terasi atau ebi dan kelapa parut. Oh ya jangan lupa tambahkan jeruk nipis ya!
3. Sambal Eng Hiong
Kalau Sambal Eng Hiong menggunakan daun mengkudu. Teman-teman mungkin sudah banyak tahu soal khasiat daun mengkudu. Daun mengkudu ini seringkali dijadikan teh yang bermanfaat bagi kesehatan di antaranya pencegahan kanker, kesehatan kulit, dan pencernaan.
Berhubung daun mengkudu ini agak pahit, jadi untuk Samabal Eng Hiong saya merajang dan merebusnya terlebih dahulu kemudian dicampur parutan kelapa.
Memang benar adanya kalau Indonesia punya banyak sekali jenis sambal. Mungkin sama seperti kita sekarang, jaman dahulu pun rasanya kurang kalau makan tanpa sambal. Jadi, siapa yang suka sambal? Mungkin teman-teman bisa mempraktekkannya di rumah.
Terima kasih kepada Jalan Sutra dan Al’s Catering yang telah mengadakan acara Indische Keuken ini. Senang rasanya bisa kumpul, masak, dan icip-icip bersama.
Sampai jumpa di lain kesempatan!