Dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia, Keuskupan Agung Jakarta mengadakan Lomba Tumpeng dengan tema “Bhinneka Tunggal Ika”. Senang sekali, saya bisa menjadi ketua juri bagian Pangan Lokal. Tidak sendirian, saya ditemani oleh Ibu Swan Kumarga dari Dapur Solo dan Chindy Lie dari Almond Zucchini.
Di perlombaan tersebut, setiap Paroki diwakili oleh 1 (satu) tim yang terdiri dari maksimal 5 orang. Mereka bebas membuat tumpeng sekreatif mungkin dengan bahan baku pangan lokal. Jenis lauk pun boleh dari seluruh nusantara sehingga mencerminkan tema Bhinneka Tunggal Ika.
Uniknya, para peserta juga diminta untuk memanfaatkan barang daur ulang untuk wadah, aksesoris, sendok, dan sebagainya. Ada tim juri ramah lingkungan yang khusus memberikan penilaian terkait hal tersebut. Yang penting semua kreasi harus mencerminkan pesan Hari Kemerdekaan dan tentunya mengamalkan Pancasila.
Saat saya datang, sudah ada 26 peserta dengan aneka tumpeng yang menarik. Semua peserta mempersiapkan dengan sungguh-sungguh tumpeng mereka. Sempat deg-degan juga karena berpikir harus mencicipi satu-persatu 26 tumpeng tersebut.
Sekitar jam 09.30, para perwakilan Paroki sudah berbaris rapi di pintu depan. Acara dimulai dengan arak-arakan para perwakilan Paroki dan Romo menuju panggung. Bertepatan dengan pemukulan gong, perlombaan pun resmi di mulai.
Selaras pandangan saya, bentuk tumpeng yang disajikan tiap peserta sangat memikat mata. Lauk pauknya pun beragam; dari Sabang sampai Merauke.
Ada Gremeng Daun Melinjo dan ikan teri khas Betawi, Rumpu Rampe khas Flores, Mendol Malang, Sate Lilit Bali, Ayam Woku, Perkedel yang diolah berbagai bentuk, juga aneka sambal.
Saya juga menemukan Rumpu Rampe yang adalah tumis sayuran; biasanya jantung pisang, daun ubi, dan bunga papaya. Bisa ditambahkan ebi. Semuanya ditumis dengan bawang merah, bawang putih, dan cabe merah.
Tidak hanya daging, ternyata ada juga Paroki yang membuat tumpeng dengan lauk pauk vegetarian. Sangat menarik dan kreatif.
Sebenarnya ada beberapa kriteria yang dipertimbangkan dalam memilih tumpeng. Krteria tersebut adalah:
1. Cita rasa masakan
2. Keserasian rasa masakan
3. Penampilan tumpeng
4. Kesesuaian dengan tema
5. Kesesuaian bahan baku
6. Konsep daur ulang
Dari penjurian yang kami lakukan, berikut adalah pemenang Lomba Tumpeng Keuskupan Agung Jakarta:
Menurut saya lomba seperti ini sangat bermanfaat untuk seluruh peserta. Apalagi jika peserta ya anak muda, bisa jadi, ini adalah langkah awal untuk membuka bisnis kuliner. Manfaat lainnya, kita bisa jadi lebih mengenal pangan lokal sebagai bahan baku utama berbagai kuliner nusantara.
Selamat untuk para pemenang! Sampai jumpa di acara lainnya,