Menurut Sejarawan JJ Rizal pada acara peluncuran buku “Mustika Rasa”, Soekarno memang bukan penikmat kuliner dan beliau tidak menyukai makanan Eropa sama sekali. Bakan, saking terikatnya beliau dengan kuliner Indonesia, JJ Rizal menggambarkan Soekarno hanya mau makan sambal dengan wadah cobek.
Itulah alasan Presiden pertama RI tersebut tidak hanya meninggalkan warisan monumen, patung megah, hingga berbagai lukisan; melainkan juga sebuah buku resep masakan nusantara. Buku tersebut berjudul Mustika Rasa yang diterbitkan di tahun 1976.
Buku Mustika Rasa kemudian dirilis kembali dan saya diundang untuk berdiskusi dalam peluncuran buku tersebut.
Buku ini berisi 1600 resep dan cerita kuliner dari Sabang sampai Merauke yang dikumpulkan antara tahun 1960-1966. Intinya dalam buku ini terdapat rekaman lengkap resep masakan plus budaya dapur yang menarik untuk kita ikuti.
Menurut saya, buku ini lebih tepat disebut kitab karena tebalnya 1.123 halaman. Selain makanan, ada banyak tulisan tentang tata dapur yang baik, gizi, makanan hiburan atau jajanan, cara melipat ketupat yang baik dan lainnya.
Saat ini buku Mustika Rasa hanya dapat dibeli di Kedai Tjikini yang berlokasi di Jalan Cikini Raya Nomor 17, Jakarta Pusat. Harga buku ini Rp 400.000.
Penerbit Komunitas Bambu hanya memproduksi 800 buku rilisan ulang Mustika Rasa. Sebagai catatan tambahan, buku rilisan ulang ini hanya mengalami perubahan pada ejaan yaitu menggunakan ejaan Bahasa Indonesia.
Untuk tahu lebih lanjut soal acara kemarin, silakan mampir ke tautan ini:
http://travel.kompas.com/read/2016/08/14/210400327/Mustika.Rasa.Kitab.Kuliner.Indonesia.Warisan
http://travel.kompas.com/read/2016/08/15/100800527/.mustika.rasa.cara.soekarno.mewujudkan.kebinekaan.lewat.kuliner.