Yeaaay, pagi ini lebih cerah dari kemarin dan ibu Martha sudah siap mengantar kami menjelajah kota. Perut mulai berbunyi, dan waktunya sarapan! Kami menuju pelabuhan Melak, menikmati nasi Kuning Kutai buatan ibu Diana. Nasi kuning ditemani lauk ikan haruan/gabus dan telur masak merah, sambal merah,mie goreng, juga ada tambahan taburan serundeng. Di setiap meja makan tersedia telur asin dan kacang goreng. Ada juga penganan tradisional , namanya Kertib, seperti dodol berwarna coklat. Kertib ini rasanya manis terbuat dari tepung beras ketan dan gula merah, awalnya saya pikir ada taburan wijen, ternyata butiran tepung beras.
Pukul 9, kami bergerak menuju Pasar Nala di daerah Linggang Bigung. Gak disangka saya bertemu lagi dengan Pak Handoko yang berjualan Pentol Goreng, beliau adalah transmigran asal Demak yang sudah lebih dari 10 tahun menetap di tanah Kalimantan. Selain menjual pentol goreng, pak Handoko juga memiliki warung bakso.
Kesampaian juga saya beli caping “Seraung” khas Dayak yang terbuat dari Daun Biruq. Lalu beli wadah dari rotan namanya “Gawank” yang biasa dipakai untuk wadah tangkapan ikan, juga tas punggung dari anyaman rotan, namanya “Siok”. Tas punggung ini biasa dipakai masyarakat dayak untuk menyimpan berbagai kebutuhan saat bepergian. Senang sekali saya bisa mendapatkan kerajinan tangan khas dayak, unik dan tradisional.
Saya langsung menuju tempat favorite, los jual ikan. Hari ini tidak begitu banyak pedagang yang berjualan ikan. Ada beberapa jenis ikan air tawar yang dijual, yaitu ikan Jelawat, ikan Lais lepuk , Lais Kembung, dan seorang pedagang yang khusus menjual Bidawang alias Penyu. Di bagian penjualan ikan ini, ada yang menjual Bawal asap, jarang sekali melihat bawal yang diasap.
Berpindah ke bagian los sayur mayur, banyak ibu-ibu penjual Labu, Umbut rotan, Piko atau Pakis Merah. Semua pedagang menjual sayuran dan bumbu bumbu di atas terpal, tanpa meja bangku. saya beli bawang bromot dari bu Kardiyem harganya 5,000 rupiah. Ia juga menjual kayu sompunt, bibit tanaman jeruk, sampai kerupuk pipa warna warni pastel. Pedagang di Pasar Nala ini sebagian besar transmigran asal Jawa, suasananya hangat, apalagi ketika saya ajak ngobrol beberapa pedagang, semua menjawab dengan ramah dan penuh canda.
Matahari mulai bergerak tinggi, kami meninggalkan Pasar Nala menuju kantin kantor kabupaten. Sebelumnya, kami singgah di pedagang babi di daerah Barongtongkok. Beberapa daging babi hutan digantung menunggu pembeli.
Sampai di kantin, bu Lilik sudah menanti dengan aneka masakan vegetarian! Ada sajian tumis pakis merah & bunga kates, sayur umbut rotan (kelat), dan kecombrang tumis umbut rotan, terong dan tempe goreng. Istimewa! Apalagi ditutup dengan Jus ungu buah Lakum’p ditambah es batu. Wohooo rasanya manis segarnya menghilangkan dahaga.
Sore pun tiba, kami berjalan menuju Taman Budaya Sendawar untuk mengikuti upacara adat Nalitn Taotn. Mau tau apakah Nalitn Taotn itu? Ikuti terus ya catatan perjalanan saya…