Suatu kehormatan, hari ini tanggal 20 Desember 2016 saya diminta berbicara mengenai Bisnis Makanan dan minuman berbasis rempah bersama nara sumber Dr. Mooryati Sudibyo dan Dr. Riyaldi di acara pengukuhan pengurus Dewan Rempah Indonesia. Tema seminar yang diusung adalah Rempah masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Saya memaparkan, bahwa Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam. Indonesia memiliki 34 provinsi dengan 17,000 pulau dan 250 juta penduduk yang memiliki keanekaragaman kuliner.. Kekayaan alam dan rempah-rempah yang dimiliki bangsa Indonesia inilah yang menarik perhatian para pedagang dunia untuk berburu gaharu, lada, kayu manis, merica, dan cengkeh pada abad 16 dan 17.
Posisi Indonesia yang berada di jalur perdagangan dunia, membuat khazanah kuliner Indonesia dipengaruhi kebudayaan asing seperti Cina, Eropa, dan Arab.
Bicara soal makanan Indonesia, tidak akan lepas bicara mengenai bumbu dan rempah. Tanpa rempah dan bumbu, tidak ada makanan Indonesia. Dalam mempromosikan makanan Indonesia di Luar Negeri, kesiapan bumbu menjadi hal yang paling penting. Apalagi keragaman kualitas di setiap bahan mentah.
Secara personal, saya mendukung dengan adanya Indikasi Geografis, yang saat ini sudah berjumlah lebih dari 40 produk. Indikasi geografis ini adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang; yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
Pada sesi ini, Dr.Mooryati Soedibyo memaparkan mengenai potensi rempah-rempah Indonesia yang berbasis budaya kearifan lokal Indonesia yang dapat dijadikan bahan dasar untuk produk kosmetika dan spa. Beliau mengingatkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam terbesar nomor dua di dunia untuk flora dan faunanya.
Bahan-bahan yang digunakan untuk aromatherapy melalui proses penyulingan yang menghasilkan minyak atsiri/ essential oil. Beberapa minyak atsiri yang memiliki manfaat baik untuk tubuh adalah minyak kenanga (Ylang Ylang) untuk kesegaran tubuh dan melembutkan kulit, minyak pala (nutmeg) menghangatkan badan, menenangkan saraf, minyak akar wangi (vetiver) mengendorkan saraf dan otak, serta menghilangkan pegal-pegal pada kaki dan lutut, kemudian minyak nilam (patchouli) sebagai afrodisiak.
Dr. Ir. H Riyaldi, MM yang merupakan tim ahlk indikasi geografis kementerian hukum dan HAM mengingatkan bahwa Indikasi Geografis merupakan upaya perlindungan kepada produk produk asli Indonesia. Indikasi geografis merupakan suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
Beberapa indikasi geografis yang sudah terdaftar adalah lada putih Muntok, purwaceng Dieng, vanili kepulauan Alor, minyak nilam Aceh, pala Siau dan cengkeh Minahasa.
Indikasi geografis dapat melindungi produk Indonesia di dunia internasional dan diharapkan produk produk indikasi geografis dapat memberikan keuntungan besar bagi perekonomian Indonesia. Saya berharap kalau di kemudian hari rempah Indonesia bisa bangkit sehingga menarik para pedagang asing, sama seperti ratusan tahun lalu.