Sesampainya saya di Taman Budaya Sendawar, tumpah ruah masyarakat berkumpul memadati lapangan. Ada yang berkumpul di bagian pinggir, namun tidak sedikit pula yang mengelilingi dua patung Belontakng laki dan perempuan. Terik matahari tidak dirasakan oleh semua yang berkumpul di lapangan, suatu pemandangan yang khas, sebagian wanita memakai bedak dingin warna putih yang menutupi muka mereka.
Kegiatan Ompokng Nguni merupakan bagian dari upacara adat Nuaq Negak Beliatn Nalitn Taotn. Acara ini menandakan kegiatan Beliatn Nalitn Taotn sudah sampai pada puncaknya, yaitu dengan pemotongan dua hewan qurban kerbau, beberapa babi, dan ayam.
Seperti dikutip dari www.kubarkab.go.id, Ketua Pelaksana Upacara Adat Yustinus Dullah yang juga Ketua Presedium Dewan Adat (PDA) Kutai Barat menjelaskan, Ompokng Nguni memiliki berapa makna.
Pertama, jika dalam keluarga ada selisih paham, maka perlu dilakukan Ompokng Nguni. Harapannya agar perdamaian berhasil dicapai.
Kedua, apabila dalam keluarga tidak ada selisih paham, maka Ompokng Nguni bisa ditujukan kepada seseorang, kampung dan kecamatan.
“Tetapi yang dilakukan sekarang tidak ditujukan kepada siapa-siapa. Ompokng Nguni kali ini hanya ditujukan kepada Nayuk atau Sang Pencipta, untuk menyatakan bahwa upacara adat Nalitn Tautn sudah berlangsung. Kemudian masyarakat yang melaksanakan upacara adat beliatn menyampaikan pernyataan yang disampaikan oleh pememang (pembaca mantra) kepada Nayuk Seniang. Lantas sebagai penutup seluruh kegiatan dilakukan pemotongan kerbau.”
Selain sesajen, dalam Ompokng Nguni juga disediakan barang-barang berharga, seperti antang, gong sebagai tanda bahwa masyarakat sudah melakukan upacara adat Beliatn Nalitn Taotn yang sudah sampai pada tingkat akhir. Sehingga diserahkan kepada Nayuk agar bisa di lihat dan kembali diberikan berkat, doa dan restu kepada seluruh masyarakat Kutai Barat dan pemerintahan. “Melalui para pememang, persembahanpun disampaikan kepada Nayuk Seniang,” papar Dullah.
Sore ini, dalam pelaksanaan Ompokng Nguni, diharapkan Sang Pencipta dapat mengabulkan semua permohonan masyarakat dan Pemerintah Kutai Barat yang disampaikan melalui para Pememang. Terutama agar pembangunan di Kutai Barat semakin maju dan berkembang. Selanjutnya masyarakat semakin makmur dan sejahtera. Tanaman tumbuh subur, hasil panen melimpah.
Dua kurban Kerbau besar diikat dengan delapan tali rotan pada masing-masing Patung Belontakng. Sebelum Belontakng ini diberdirikan, ada upacara beberapa hari sebelumnya untuk membuatnya berdiri. Ada mantra mantra khusus, dedaunan, beras merah dan kuning selama upacara tersebut.
Dalam upacara puncak ini, ada 8 pememang/Pemeliatn pria dan 8 pemeliatn wanita. Semua memakai baju tradisional dayak, kebanyakan memakai rompi manik manik , kebanyakan bermotif burung dan hewan khas kalimantan.selain itu mereka memakai hiasan kepala, dan kalung manik. Hanya ketua Pememang/Pawang yaitu Pak Kentu yang membawa tombak.
Setelah usai acara kurban, sekitar pukul 18.00 daging kerbau dipindahkan ke bagian belakang Lamin/Luuq Tunjung. Di sini sudah ada tempat persiapan masak oleh masyarakat sekitar. Terlihat banyak anak muda juga, pria dan wanita sibuk mempersiapkan daging untuk dimasak. Saya melihat kebersamaa. Yang sangat baik, kompak dan harmonis. Untuk daging babi, tidak dimasak di area ini.
Daging kurban untuk Pememang juga tidak disiapkan di area ini, daging diberikan kepada mereka dan diolah oleh kelompok Pememang. Nantinya, di akhir acara, Sebagai syarat, beberapa potong daging ayam, babi, dll oleh Pemeliant akan diletakkan di kapal kecil dan akan dilarung di sungai Mahakam.
Kurang lebih pukul 21.00, semua daging kerbau selesai dimasak. Surprisingly, daging kerbau dimasak menjadi rendang ! Pak Suwandi, juru masak rendang malam itu sibuk sekali mengolah rendang di panci besar. Aroma harum rendang kari menggoda hidung. Sebagian ibu ibu membagikan nasi di piring, sebagian lagi menuangkan rendang kerbau dan bawang goreng. Suatu kebersamaan yang indah. Piring piring ditata di meja panjang, siap disantap. Pak Mus membuka dengan doa, lalu mempersilahkan semua masyarakat yang sudah menunggu sejak sore, mengambil hidangan yang sudah disediakan. Karena banyaknya tamu yang menyerbu meja makan, sampai security pun dikerahkan. Jamuan ini bisa berlangsung sampai keesokan hari, sampai rendang kerbau habis tak tersisa.
Jajanan tradisional dayak yang biasa ada pada upacara adat adalah:
- Tumpi, merah dan putih
- Wajik gula merah , dibentuk seperti nasi seperti di restoran padang, dan bagian atas diberi telur
- Lemang. Bahasa Tunjungnya: Tara, bahasa Benuaq nya : Tintikng
- Nasi ketan putih bagian atas diberi telur
- Sagon beras tumbuk diberi parutan kelapa dengan irisan gula merah
- Klepon putih tanpa balutan kelapa parut
- Sepang, seperti klepom bentuknya Bulan sabit diberi unti gula merah
- Getas terbuat dari ketan dan parutan kelapa, dibentuk segi empat, dilumuri gula merah.
Semoga dengan usainya upacara Nalitn Taotn dalam rangka Ulang Tahun kabupaten Kutai Barat ke -14 , Kutai Barat semakin sukses, maju, dan berkembang.