4 November 2013, sesampainya di balikpapan, kami tim ACMI dan tim JKN (Jelajah Kuliner Nusantara) Harian KOMPAS disambut hujan deras. Kami bergegas mengambil bagasi. dan menuju ruang keberangkatan untuk check in di counter Kalstar yang akan membawa kami ke Kabupaten Kutai Barat. Kapasitas pesawat kali ini adalah sekitar 40 orang, berbeda dengan pesawat yang membawa kami pada bulan April 2013, yaitu hanya sekitar 15 orang.
Hujan rintik-rintik juga menyambut kedatangan kami di Melak, Kutai Barat. Ibu Helmyana Rosanti Aminudin selaku ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) menyambut kami, mengalungkan kami masing-masing dengan tenun khas Dayak Benuaq, Ulap Doyo. Tenun yang cantik, yang dibuat dengan pewarna alami.
Setelah berkumpul lengkap, kami menuju Taman Budaya Sendawar, jamuan makan siang besar rupanya sudah menanti kami. Aneka ragam kuliner Kutai Barat dijejerkan memanjang di lantai lamin melayu. Terpesona rasanya melihat aneka masakan yang akan kami cicipi sangatlah bervariasi. Sebagian undangan sudah duduk rapi menghadap aneka masakan yang juga ditata rapi.
Acara dibuka dengan doa bersama. Setelah Ibu ketua DWP membuka acara, saya selaku ketua ACMI menjelaskan maksud tujuan datang kembali ke Kutai Barat. Bli Can (Putu Fajar Arcana) dari tim JKN Kompas juga memberi sambutan. Kami bertukar kenang-kenangan. Saya memberikan rekaman video liputan kepada Bapak wakil Bupati Kubar, Bapak H. Didik Effendi
Mata saya kemudian tertuju kepada bungkus daun di antara banyaknya lauk pauk. Ternyata kuliner berbungkus daun itu adalah Nasi Sobot, yaitu campuran beras dan singkong yang diberi bumbu agar sedikit gurih. Pembungkusnya menarik, yakni daun yang lumayan lebar seperti caun jati, namanya daun Engkebong.
Ada juga tumpukan bambu-bambu berisi olahan Ikan Binan’k. Masakan ikan ini bisa ditambahkan santan dan terong asam. Ditambah ikan khas sungai Mahakam yaitu ikan Jelawat bakar yang dibumbui dengan Daun Emperump, yang memiliki rasa asam. Selain itu, juga tersedia bubur Golaq terbuat dari tepung beras, krim sup jagaq dan bubur jagaq yang juga merupakan kuliner andalan di Kutai Barat.
Favorit saya adalah “Jaung Ceria” yaitu sambal unik yang terdapat campuran antara irisan kecombrang, umbut bambu, cabai merah. Bisa juga ditambahkan bawang goreng, telur puyuh bahkan suwiran ayam. Ada juga jajanan tradisional yang biasa disuguhkan pada upacara adat, yaitu Tumpi, penganan dari tepung beras berbentuk bulat. Ada dua jenis Tumpi, yaitu Tumpi Merah ( gula merah) dan Tumpi Putih (berbumbu garam). Bersyukur rasanya hari ini saya mendapatkan pengalaman icip masakan khas Kutai Barat yang begitu unik.
Malamnya, kami santap malam di suatu rumah makan yang sudah lama berdiri, kurang lebih sejak tahun 80 an. Awalnya resto ini dimiliki oleh ibunda Raudah. Uniknya tempat makan ini adalah karena resto keluarga, jadi yang membantu masak juga saudara saudara Ibu Raudah yang sengaja di kontak karena kami datang berombongan. Menu andalan saya di resto ini adalah Udang rebus ala Kutai, ikan Lais kecil goreng nan renyah, dan ikan Bentilap goreng. Udang kuah khas kutai ini dimasak dengan kunyit, cabe, tomat dan bawang.
Menurut saya, kuncinya adalah bahan masakan yang fresh, yang memiliki cita rasa enak. Jadi jika ikan dan udang yang kita masak, kualitasnya fresh dan baik, tentunya menghasilkan rasa yang enak jika dimasak dengan cara dan bumbu yang tepat.
Itu dia perjalanan hari pertama saya dan tim JKN di Kutai Barat, nantikan kisah selanjutnya yah! Kita icip-icip lagi!