Sabtu, 14 Desember 2013 lalu, ACMI bekerjasama dengan Majalah Historia dan Historia Advertising untuk mengadakan diskusi sejarah kuliner. Acara tersebut dimoderatori oleh Rahung dan turut hadir sebagai pembicara tentu saja om William Wongso, Ibu Tuti Soenardi ibunya ahli gizi yang sampai saat ini masih aktif menulis resep resep masakan sehat. Beruntung sekali pada acara ini, saya diberi buku hasil karya beliau, yaitu “100 Resep Hidangan Tradisional, Sajian Nasi Sehat Lengkap Gizi” plus tanda tangan beliau! Pembicara lainnya adalah Aji Chen Bromokusumo penulis Buku Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Indonesia.

L1050663 (Copy)

Suasana saat Diskusi

Suasana diskusi (Copy)

1 (Copy)

Bersama Arkeolog Pierre-Yves Manguin (Copy)

Bersama Arkeolog Pierre-Yves Manguin

Bagi saya, acara ini sangat penting karena sebagai generasi muda, kita perlu mengetahui asal usul dan cerita di balik sepiring masakan. Saya yakin, di setiap masakan yang ada di Indonesia, masing masing memiliki cerita dibalik bahan bahan yang digunakan, bahkan dengan nama yang sengaja dipilih. Pastinya semua masakan memiliki keunikan tersendiri.

Dalam acara tersebut Ibu Tuti menjelaskan bahwa beragamnya kuliner di Indonesia tidak dibarengi dengan pengumpulan runutan sejarah masakan tersebut. Masih banyak masakan di pelosok Indonesia yang belum dikenal masyarakat luas. Oleh karena itu ia sangat senang bisa ikut dalam diskusi ini dengan harapan kelak bisa bahu membahu dalam mengumpulkan jejak-jejak sejarah kuliner di Indonesia.

bersama Ibu Tuti Soenardi (Copy)

Berfoto Bersama Ibu Tuti Soenardi

Setelah acara diskusi, om William mengadakan Culinary Sharing mengenai masakan Bistik Edan, konon nama ini berasal dari komentar Sultan Hamengku Buwono VIII ketika pertama kali mencoba. Saking pedasnya bistik ini, sampai beliau berkata “Edan”. Bistik ini memakai baham baku daging ayam. Pastinya kalau bagian masak memasak, para peserta langsung ngerubutin om Will untuk melihat langsung.

Demo Memasak Om Will (Copy)

Suasana Demo Memasak Om Will

Setelah masak-masak para peserta bisa icip masakan yang sudah disiapkan Tim ACMI. Mau tau peserta icip icip apa aja selain icip Bistik Edan? Ini dia beberapa menu acara tersebut:

1. Rabeg.

Adalah makanan khas dari Banten. Bahan utamanya adalah daging dan jeroan kambing. Rasa masakan Rabeg manis pedas seperti semur. Rabeg menurut sejarah merupakan makanan kesukaan Sultan Maulana Hasanuddin dari kesultanan Banten.

2. Ketan Bintul.

Masakan ini menurut masyarakat Banten merupakan makanan kesukaan Sultan maulana Hasanuddin saat berbuka puasa di bulan Ramadhan.

ketan bintul (Copy)

Ketan Bintul

3. Keumamah

Hidangan buatan kak Astrid Enricka ini merupakan masakan khas Aceh. Masakan ini sudah dikenal saat pejuang pejuang aceh bergerilya di hutan hutan. Keumamah adalah ikan kayu yaitu dari tongkol atau tuna yang telah dikeringkan sehingga mudah untuk dibawa bawa dan dimasak.

Keumamah disantap dengan roti jala (Copy)

Keumamah disantap dengan roti jala

4. Puding Kabinet

Merupakan makanan penut favorite Sultan Hamengkubuwono IX. Dinamakan puding kabinet karena pada saat itu Sultan sedang menjadi wakil presiden Indonesia Semoga diskusi sejarah kemarin bisa lebih menyebarkan kuliner Indonesia. Supaya bukan hanya menikmati makanannya, tapi kita juga sama-sama belajar sejarahnya.

Puding Kabinet

Puding Kabinet

Suasana icip-icip (Copy)

Suasana icip-icip

Berfoto saat Sesi Icip icip (Copy)

Mempersiapkan Hidangan untuk Sesi Icip-icip (Copy)

Mempersiapkan Hidangan untuk Sesi Icip-icip

Memberikan Kata Sambutan Sebelum Diskusi (Copy)

Bersama Mas Bonnie Triyana dari Majalah Historia Memberikan Kata Sambutan Sebelum Diskusi

Share